
Sebuah momen budaya dari Kuantan Singingi, Riau, mendadak menyita perhatian publik setelah video seorang bocah menari di ujung perahu Pacu Jalur viral di media sosial. Bocah yang kemudian dikenal bernama Rayyan Arkan Dikha itu tampil lincah, penuh semangat, dan percaya diri, meski usianya baru sekitar 11 tahun.
Rayyan, yang berdiri di bagian depan perahu tradisional, tampak menari spontan saat timnya melaju kencang. Gerakannya yang penuh ekspresi langsung mencuri perhatian netizen, bahkan memicu tren internasional bernama “aura farming” — istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memancarkan kepercayaan diri tinggi di tengah keramaian.
Tarian Rayyan bukan hanya menjadi konten viral di dalam negeri, tetapi juga menarik perhatian klub sepak bola ternama seperti Paris Saint-Germain (PSG) dan AC Milan, yang ikut menirukan gerakannya dalam video kreatif di akun media sosial mereka. Fenomena ini memperlihatkan betapa kuatnya daya tarik budaya lokal Indonesia jika dibungkus dengan narasi positif.
Lebih dari sekadar viral, momen ini menjadi pintu pembuka bagi dunia untuk mengenal tradisi Pacu Jalur, lomba perahu panjang khas Riau yang telah berlangsung sejak abad ke-17. Tradisi ini bukan sekadar olahraga, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang menyatukan masyarakat di tepian Sungai Kuantan.
Sebagai bentuk apresiasi, Pemerintah Provinsi Riau menetapkan Rayyan sebagai duta pariwisata budaya dan memberikan beasiswa pendidikan. Langkah ini menunjukkan bahwa kreativitas dan kebudayaan bisa membuka peluang besar bagi generasi muda, sekaligus memperkuat identitas daerah.
Melalui viralnya Rayyan dan Pacu Jalur, Indonesia mendapat sorotan positif di mata dunia, sekaligus menegaskan bahwa kekayaan budaya tradisional masih sangat relevan di era digital saat ini.