
Indonesia kini resmi menjadi anggota penuh kelompok BRICS, bergabung bersama Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan. Pengumuman ini disampaikan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS ke-17 yang digelar di Rio de Janeiro, Brasil, pada awal Juli 2025.
Langkah strategis ini menandai era baru bagi diplomasi dan arah kebijakan luar negeri Indonesia di tengah dinamika tatanan dunia multipolar. Presiden Prabowo Subianto hadir langsung dalam forum tersebut dan menyampaikan komitmen Indonesia untuk mendorong kerja sama global yang adil, setara, dan inklusif.
Dalam pidatonya, Presiden menekankan pentingnya reformasi sistem keuangan internasional dan dukungan penuh terhadap perjuangan rakyat Palestina. Ia juga menyoroti peran negara berkembang dalam menyuarakan keadilan ekonomi serta memperkuat kerja sama Selatan-Selatan.
Masuknya Indonesia ke BRICS dinilai sebagai hasil dari upaya diplomatik jangka panjang dan penguatan peran geopolitik Indonesia di kawasan Indo-Pasifik. Keanggotaan ini membuka peluang lebih besar dalam akses pembiayaan alternatif dari BRICS Bank, memperluas pasar ekspor, serta memperkuat posisi tawar Indonesia dalam isu global seperti energi terbarukan, pangan, dan perubahan iklim.
Sejumlah analis menilai bahwa bergabungnya Indonesia akan memperkaya dinamika internal BRICS, mengingat besarnya potensi ekonomi dan populasi Indonesia sebagai negara berkembang terbesar di Asia Tenggara.
Meski demikian, tantangan ke depan juga tidak sedikit. Indonesia perlu menjaga keseimbangan hubungan dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, yang sebelumnya menyuarakan kekhawatiran atas perluasan BRICS.
Langkah ini sekaligus menjadi momen penting untuk mempertegas arah kebijakan luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan berpihak pada kepentingan nasional serta perdamaian dunia.